Sumber Informasi Independen, Aktual dan Terpercaya
IndeksPoros Media TV

Kisah Inspiratif: Musim Mangga

Avatar photo
Cerpen Musim Mangga
Foto: Unsplash/Phoenix Han

Porosmedia.com, Kisah Inspiratif – “Mangga.. buah mangga.. harum manis dijamin legit ” terdengar teriakan seorang pedagang lewat di depan rumah, hampir tiap hari ia berteriak, dan aku hanya bisa menenggak air liur, tiap kali melihat mangga-mangga itu lewat di depan rumah. Terbayang rasa manis legit dari mangga harum manis itu.

Tiap kali aku pergi ke pasar, pedagang mangga nampak disana-sini. Katanya sekarang lagi musim mangga, harga nya bisa jadi murah sekitar Rp10.000,-/kg.

Apa dayaku, uang yang ku pegang hanya cukup untuk membeli beras dan sedikit lauk.

Terbayang wajah kedua anakku yang menyukai buah mangga. Mataku berkaca-kaca, tak ku sangka nasib diri bisa seperti ini.

Namaku Aini, suamiku mas Anto adalah seorang Pejabat di salah satu instansi pemerintahan.

Sejak menikah kami tak pernah kesulitan ekonomi, suamiku sangat memanjakan kami dengan berbagai fasilitas. Aku hampir tak pernah menyentuh pekerjaan rumah tangga. Karena akupun bekerja di salah satu bank swasta.

Pembantu kami di rumah ada 2 orang, yang satu mengurus pekerjaan rumah tangga, satu lagi mengasuh anak-anaku.

Baca juga:  Cerpen : Kisah Rajulian dan Mariana

Anak pertamaku Andra kini berusia 14 tahun, sedangkan adiknya Andrea kini berusia 6 tahun.

3 tahun lalu, mas Anto terkena kasus korupsi di tempat ia bekerja, masalah demi masalah datang bertubi-tubi, kami harus menghubungi berbagai pihak demi menyelamatkan mas Anto dari jeratan hukum. Tak sedikit uang yang kami keluarkan, bahkan aset yang kami punya seperti kendaraan, tanah bahkan rumah sudah kami jual.

Aku tak sanggup lagi mempekerjakan pembantu rumah tangga. Hingga terpaksa aku berhenti bekerja demi mengurus kedua buah hatiku.

Mas Anto hanya di jatuhi hukuman 1 tahun penjara. Kini ia telah keluar dari penjara, dan sisa uang kami telah habis.

Kini kami pindah ke sebuah rumah sederhana di komplek perumahan di pinggiran kota.

Mas Anto kini bekerja sebagai pengemudi ojek online, yang penghasil nya kadang tak menentu.

Aku harus mengatur uang yang sangat sedikit itu dengan ekstra hati-hati agar kami tetap bisa makan, bahkan aku harus menyisihkan sebagian kecil untuk mencicil hutang.

Bersyukur anak-anakku mengerti akan kondisi ini. Andrea si kecil yang kini sekolah TK menjadi anak yang baik dan penurut. Andra anak laki-laki ku yang telah SMP cukup mengerti akan kondisi ini dan sering memberiku kekuatan.

Baca juga:  NPCI Kota/Kabupaten di Indonesia mengakui Pengelolaan Keuangan Organisasi di NPCI Kota Bandung jadi percontohan

Mereka kini makan seadanya, tak ada lagi baju-baju bagus maupun makanan lezat. Mereka harus bersyukur dengan masakan sederhana yang aku sajikan setiap hari.

Kini, bahkan untuk membeli mangga seharga Rp10.000,- per kilo pun aku tak mampu.

Tak terasa air mataku menetes, aku berdoa semoga Allah memberikan kekuatan pada Kami dalam menghadapi cobaan ini.

Setiap kali aku melihat mas Anto pulang ke rumah sehabis ngojek, hatiku terasa teriris, kini ia semakin kurus. Dikala anak-anak tertidur kami menangis berpelukan, menguatkan diri kami satu sama lain.

Anak-anak sedang bersekolah, siang ini terasa panas, kubuka pintu dan jendela, aku menatap pedagang keliling lalu lalang di depan rumah. Kubuka dompet kecilku, uang Yang tinggal sedikit ini akan aku belikan mie instan untuk anak-anak makan sepulang sekolah nanti.

Aku hendak melangkah keluar rumah, ketika tetangga menyapaku.

“Assalamualaikum Bu Aini, ini ada oleh-oleh. Kemarin saya pulang mudik ke Cirebon” seraya menyerahkan kantung kresek hitam yang cukup besar.

Baca juga:  Cerpen: Senja di Negeri Sakura

“Waalaikumsalam, oh iya Bu, terimakasih” ucapku .

Aku menyimpan kresek itu ke dalam rumah, ketika kubuka isinya buah Mangga yang segar-segar mungkin ada sekitar 3 kg.

Seketika aku menangis, meneteskan air mata seraya bersyukur, Allah kirim rezeki tak disangka-sangka. Alhamdulillah kami bisa makan buah mangga tanpa membelinya.

*TAMAT

Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat lalim dan banyak mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34).

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” – HR. Ahmad

Jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa pun nikmat yang Allah karunia kan kepada Kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *