Sumber Informasi Independen, Aktual dan Terpercaya
IndeksPoros Media TV

Menyiapkan Generasi Emas menuju Era Indonesia Emas 2045

Jajat Sudrajat

Oleh : Dwi Mukti Wibowo, SH.,MH.

Porosmedia.com — Mencintai anak tidaklah cukup. Karena anak adalah generasi emas atau generasi masa depan penerus keturunan kita. Itu sebabnya, ia mendapat perhatian serius di era globalisasi ini. Sebagai generasi emas (golden age), ia memiliki peran yang sangat strategis dalam mensukseskan pembangunan nasional. Sebagai Agen Perubahan, kelak ia harus berpartisipasi mendukung perubahan-perubahan di lingkungan masyarakatnya. Menuju ke arah lebih baik di masa mendatang. Sebagai Agen Pembangunan, ia harus memiliki peran dan tanggung jawab melancarkan pembangunan di berbagai bidang. Sebagai Agen Pembaharuan, ia harus memiliki kemampuan menganalisis perubahan zaman sehingga dapat memilih mana yang harus dirubah dan mana yang harus dipertahankan.

Ada beberapa kelebihan yang diharapkan dari generasi emas, antara lain: Memiliki kecerdasan komprehensif, Produktif dan Inovatif; Mampu berinteraksi sosial secara optimal; Berkarakter kuat, sehat jasmani dan rohani; serta Damai dan menyatu dengan alam. Itulah sebabnya, mencintai anak saja tidaklah cukup. Dibutuhkan niat dan tekad yang bertujuan utama membentuk anak yang berkualitas sejak dini, Menjaganya anak usia dini agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Serta menyiapkan mental sebelum memasuki pendidikan dasar dan mengarungi kehidupan masa dewasanya. Untuk itu, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan karena mempengaruhi tumbuh kembang generasi emas terutama anak usia dini, yaitu : Pola asuh orangtua dan lingkungan sekitar anak, Nilai agama dan moral, Status sosial dan ekonomi, Nutrisi dan gizi, Jenis kelamin anak, Hormon anak, Perkembangan fisik-motorik dan kognitif, serta Perkembangan seni dan bahasa.

Apa yang dimaksud dengan anak Usia Dini? Yaitu anak yang baru dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun. Usia dini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut pula sebagai usia emas. Anak di usia ini bersifat unik. Mampu mengekspresikan perilakunya secara spontan, Bersifat aktif dan enerjik, meskipun egosentris, karena memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Anak ini juga bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya fantasi. Anak ini juga mudah frustrasi dan masih kurang pertimbangan dalam bertindak, karena memiliki daya perhatian yang pendek. Sementara, masa masa anak ini merupakan masa belajar yang paling potensial, dan semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Baca juga:  IKN Baru, Mimpi Indonesia Dengan Presiden Baru Tanpa PNS

Mengingat usia dini merupakan masa belajar, maka perlu disiapkan pendidikan anak di usia dini, yaitu: Pendidikan yang menambah wawasan, mampu membentuk anak berkualitas, agar anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya; Yang mendorong kesiapan anak secara optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa nantinya; serta yang mengakomodir makna kecintaan orang tua yang bertanggung jawab menyiapkan anaknya menjadi generasi emas sebagai penerusnya. Pengaruh pendidikan tersebut khususnya pendidikan yang berkualitas juga merupakan hal yang urgent bagi kepentingan misi Indonesia Emas 2045. Selain merupakan kunci utama bagi suatu negara untuk unggul dalam persaingan global. Pendidikan juga dianggap sebagai bidang yang paling strategis untuk mewujudukan kesejahteraan nasional. Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas dan berkarakter merupakan prasyarat terbentuknya peradaban yang tinggi yang akan menghasilkan bangsa berdaya saing tinggi yang berpeluang memenangkan persaingan. Jika sebaliknya, maka bangsa akan tertinggal di belakang. Apalagi persaingan masa depan ditandai dengan globalisasi yang bercorak digital.

Kita sadar, kualitas pendidikan adalah kunci pembuka gerbang Indonesia Emas 2045, namun ironisnya kualitas pendidikan Indonesia masih jauh. Berdasarkan World Population Review 2021, ada di peringkat ke-54 dari 78 negara pendidikan dunia. Masih kalah dari Singapura di posisi 21, Malaysia 38, dan Thailand 46. Sementara dari Human Development Index (HDI) & Programme for International Student Assessment, peringkat Indonesia diposisi menengah bawah hingga rendah. Memprihatinkan lagi, jika dilihat dari realitasnya dari sisi karakter. Maraknya kejadian korupsi, penggunaan narkoba, tawuran, kekerasan, pelanggaran lalu lintas hingga kecanduan game online, yang dianggap lazim. Indikator ini menunjukkan masih terlalu banyak pekerjaan rumah di sektor pendidikan yang harus diselesaikan bangsa Indonesia. Untuk mengurai benang kusut di dunia pendidikan, maka regulasi pendidikan menjadi sentral di bawah kementerian, Dengan regulasi dana alokasi 20% dana APBN/APBD, seharusnya kita mampu mengejar ketertinggalan kualitas pendidikan sejajar dengan bangsa lainnya di Asia Tenggara.

Itulah sebabnya, tujuan pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah. Apalagi dalam mempersiapkan dan mewujudkan masa depan pendidikan lebih baik, termasuk mempersiapkan generasi 2045. Targetnya berupa munculnya generasi emas, meluaskan kesempatan akses pendidikan lebih tinggi, sekaligus upaya meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru. Untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045, penting bagi dunia pendidikan melakukan perubahan pola pikir. Yaitu, pendidikan tidak sekadar dimaknai transfer akademik (keilmuan) saja, melainkan dilengkapi dengan karakter. Keseimbangan akademik dan karakter perlu disiapkan sejak sekarang. Akses pendidikan terus diupayakan untuk memantapkan program dan pengelolaan pendidikan bermutu pada semua jenis dan jenjang pendidikan untuk melayani setiap warga, Terkait kurikulum dan program, Pemerintah harus updating untuk menyesuaikan dengan tuntutan jaman dan kebutuhan individu. Model desain kurikulum disesuaikan dengan perkembangan teori dan kondisi empirik. Pemerintah juga selalu menuntut guru bisa lebih kreatif, inovatif dan inspiratif dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang bermutu untuk menyongsong generasi emas Indonesia. Juga menuntut pihak Sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikannya melalui faktor-faktor antara lain: (1) Perumusan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah (2) Evaluasi Diri Sekolah (3) Peranan kepala sekolah (4) Peningkatan Mutu Guru

Baca juga:  Stop Komersialisasi Pendidikan di Klaten
sekolah PAUD Mutiara Hati di Kotamadya Bandung dan 2 Sekolah Sekar Pertiwi di Kab. Bandung

Faktor Penghambat Pencapaian Generasi Emas 2045
Terdapat beberapa faktor menghambat yang dapat menggagalkan pencapaian generasi emas 2045 antara lain : Pengaruh budaya asing yang negatif dan dapat mengubah perilaku generasi emas ke arah perilaku yang negatif; Bahaya narkoba yang menghantui kalangan anak muda bahkan anak-anak sekolah melalui peredaran narkoba dalam bentuk dodol atau permen; Dampak negatif dari geopolitik akibat perang Rusia – Ukrania dan perang di jalur Gaza yang dapat menyebabkan perang dunia ke III dan krisis berkepanjangan; Kompleksitas tantangan global, seperti perubahan iklim, kesenjangan sosial, dan revolusi teknologi,

Dari ulasan tersebut diatas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, Pendidikan untuk generasi emas yang disiapkan bukan hanya tentang peningkatan kualitas hidup individu, tetapi juga dampaknya yang luas terhadap dinamika populasi, pertumbuhan ekonomi, dan perkembangan sosial suatu negara. Melalui pendidikan yang berkualitas, mereka kelak dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang diperlukan untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya negara mereka. Kedua, Dalam menghadapi kompleksitas tantangan global, seperti perubahan iklim, kesenjangan sosial, dan revolusi teknologi, generasi emas harus tidak saja menjadi agen perubahan. Generasi emas juga memiliki peran penting menjaga perdamaian dan toleransi di tengah masyarakat yang beragam. Islam mengajarkan pentingnya hidup berdampingan secara harmonis dengan semua lapisan masyarakat, tanpa memandang suku, agama, atau ras. Ketiga, Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS at-Thur: 21) Ayat ini menggambarkan bagaimana generasi emas kelak akan mengambil alih tanggung jawab dalam meneruskan perjuangan politik, sosial, atau budaya yang telah dimulai oleh generasi sebelumnya.

Baca juga:  Cabai, Minyak dan Telur Bikin Inflasi, Penguasa Gagal Antisipasi?

Akhir kata, krisis global imbas Covid-19 dan krisis geopolitik serta krisis moral akan menjadi tantangan bagi pencapaian Indonesia emas 2045. Harus diantisipasl dengan cermat, karena kita tak mau lagi kehilangan momentum dan generasi emas terkait kesehatan, relasi sosial dan pendidikan. Krisis telah menciptakan kebangkrutan material dan moral. Kebangkrutan material dan moral yang telah terjadi jangan sampai berlanjut hingga mengganggu niat dan tekad untuk mempersiapkan anak-anak generasi penerus kita menjadi generasi emas sesuai misi Indonesia 2045, yaitu menjadi negara yang berdaulat, adil, makmur dan sejahtera. Kondisi demikian harus menjadi pembelajaran untuk menempa serta membangkitan mimpi dan potensi generasi emas berbasis dunia pendidikan yang pada akhirnya menumbuhkan ajaran tentang moralitas dan budi pekerti yang dilandasi sikap toleransi yang akan menjadi budaya bangsa yang urgent dan relevan. Kebangkitan untuk tetap bertahan menjadi Indonesia emas 2024 adalah buah dari kesadaran untuk mencari dan menemukan kembali semangat hidup yang sanggup mengatasi kesulitan dan keterbatasan. Jangan sampai generasi emas kedepan dikalahkan keadaan, dan terlelap dalam keterpurukan.

Kebangkitan selalu melahirkan hidup yang penuh dengan kehidupan itu sendiri. Dan menjadikan semangat sebagai bara pemulihan agar hidup penuh hikmah. Pepatah mengatakan “jika hidup tidak sesingkat lilin yang meleleh tak memberikan harapan”. Generasi emas adalah buah harapan sekaligus keniscayaan yang kelak harus menjadi kenyataan. Generasi emas tetaplah akan menyala karena hidup adalah bara yang selalu siap membakar semangat manusia dan peradabannya. Agar kita tahu untuk apa kita harus berjuang ketika hidup pernah diujung keputusasaan. Niat dan tekad membuat kita sadar, selalu ada kesempatan yang membuat kita semakin baik, bijak dan matang. Maka, berubahlah ketika masih punya waktu, Jangan sia-siakan waktu meski sedetikpun, karena akan tiba saat kita ingin berubah, waktu tak lagi kita punyai. Masih ada kesempatan merubah keadaan. Perubahan selalu ada. Roda terus berjalan, sebelum waktu menutup keadaan dan kenyataan.
Selamat Hari Pendidikan untuk Menyongsong Hari Kebangkitan Nasional

(Dwi Mukti Wibowo, SH, MH, Pemerhati masalah Ekonomi, Sosial, Pendikan, dan Aktivis Kemanusiaan)