Porosmedia.com – Allâh Swt. mencela orang-orang yang tidak mengagungkan Diri-Nya, sebagaimana mestinya dan tidak mengenal-Nya dengan sebenar-benarnya serta tidak menyifati-Nya dengan sifat sebenarnya. Allâh Swt. berfirman:
مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allâh? [Nuh /71:13]
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Perkataan-perkataan ini bermuara pada satu makna yang sama, yaitu bila mereka mengagungkan Allâh swt. dan mengetahui hak pengagungan-Nya tersebut maka tentu mereka telah mentauhidkan (mengesakan) Allâh Swt., mentaati-Nya dan bersyukur kepada-Nya.” [al-Fawâid, hlm. 187].
Kita harus bertanya kepada diri sendiri, bagaimana kita melaksanakannya? Apakah kita telah melaksanakan ketaatan itu dengan penuh harap dan takut kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala ? Takut terhadap ancaman-Nya dan sangat menginginkan kebaikan yang ada di sisi-Nya? Atau apakah ketaatan yang kita lakukan itu hanya sekedar kebiasaan yang kita kerjakan berulang setiap hari dengan tanpa ada rasa apapun dan tanpa merasakan manfaatnya? Apakah ketika kita melakukan maksiat kepada Allâh Swt. kita merasa seolah ada gunung di atas kita yang hampir menimpa kita ataukah kita merasa maksiat itu hanya seperti lalat yang hinggap di hidung kemudian dengan mudah diusir dan disingkirkan?
Abdullah Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu mengatakan:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا –وَأَشَارَ الرَّاوِي- بِيَدِهِ فَوْقَ أَنْفِهِ
Sesungguhnya seorang Mukmin memandang dosa-dosanya seperti seorang yang duduk di bawah gunung yang dia takutkan akan menimpanya. Sedangkan orang fajir, melihat dosa-dosanya hanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, maka dia berkata seperti ini (dengan sekali kibasan dia bisa mengusirnya) dan rawi berisyarat dengan tangannya (yang diletakkan) di atas hidungnya. [HR. Al-Bukhâri, no. 5949]
Sungguh pengagungan kita kepada Allâh Swt. akan menjadikan kita tunduk dan taat kepada-Nya. Kita akan dengan mudah menjalankan perintah-Nya. Sehingga kita dapat melaksanakan ketaatan dengan penuh rasa terima dan cinta. Kita akan bisa menjauhi semua larangan dengan lapang dada dan gembira. Dengan demikian, kelezatan beribadah tidak akan pernah hengkang dari kita, baik saat menjalankan perintah maupun menjauhi larangan-Nya.
Lalu perbuatan apa saja yang bisa membantu kita agar kita bisa mengagungkan Allâh al-Khâliq dalam hati kita –dengan izin Allâh- ?:
*1. Doa,* Yaitu dengan sering bersimpuh memohon kepada Allâh Swt. agar menanamkan di hati kita rasa pengagungan terhadap-Nya, merasa rendah di hadapan-Nya, baik dalam keadaan tersembunyi atau pun dalam keadaan terang-terangan. Karena Dia-lah Dzat yang paling mulia yang telah memerintahkan kita untuk berdoa dan berjanji akan mengabulkan doa dan permohonan kita. Ketika Allâh Swt. berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Rabbmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. [Ghâfir/40:60].
*2. Merenungi Penciptaan Allâh Swt.*
Kita bertafakkur tentang ciptaan Allâh Swt. Bagaimana Allâh Swt. menciptakan segala sesuatu dengan sangat bagus? Tafakkur ini termasuk sebab atau faktor yang paling penting yang bisa membantu kita untuk menumbuhkan rasa pengagungan dan penghormatan terhadap Allâh al-Bâri. Oleh karena itu, Allâh Swt. memuji orang yang mau bertafakkur memikirkan makhluk-makhuk ciptaan-Nya. Allâh Swt. berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ﴿١٩٠﴾ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allâh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Wahai Rabb kami! Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. [Ali Imran/3:190-191]
*3. Menjauhi Perbuatan Maksiat*.
Kita berupaya menjauhi maksiat dengan segala bentuknya. Kita hadirkan keagungan Dzat yang kita maksiati, ketika terjerumus dalam perbuatan maksiat. Karena perbuatan maksiat itu mempengaruhi pengagungan seseorang terhadap Rabb dan memperlemah rasa itu di dalam hatinya.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Diantara balasan perbuatan maksiat adalah perbuatan maksiat itu pasti akan melemahkan rasa pengagungannya terhadap Rabb di hati (para pelakunya) dan bisa dipastikan juga akan semakin memperlemah rasa hormatnya terhadap Rabb, baik dia mau ataupun tidak. Jika penghormatan dan pengagungan kepada Allâh Swt. telah bersemayam dalam lubuk hati (seorang hamba), maka dia tidak akan berani melakukan perbuatan maksiat.
Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya. Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-nama yang baik (asma’ul husna). Dialah Al-’Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muth’ali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan hanya kepada-Nya lah kita kembali. Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.” (Az-Zumar: 67)