Sumber Informasi Independen, Aktual dan Terpercaya
IndeksPoros Media TV

Thanos Syndrome, Buah Pemikiran Sekuler Kapitalis

Thanos Syndrome, Buah Pemikiran Sekuler Kapitalis
Ilustrasi Thanos Syndrome merasa selalu benar| Sumber: Freepik via suar.grid.id Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Waspadai "Thanos Syndrome", Kepribadian yang Menganggap Diri Selalu Benar", Klik untuk baca: https://www.kompasiana.com/desindahani/6102807e06310e185a4cdf42/waspadai-thanos-syndrome-kepribadian-yang-menganggap-diri-selalu-benar Kreator: Desy Hani Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator. Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Porosmedia.com, Opini – Tentunya sebagian besar publik pasti mengetahui serial film Avengers yang begitu populer di masyarakat. Villain alias tokoh jahat dalam film tersebut tak lain dan tak bukan adalah Thanos. Film Avengers mengisahkan bahwa Thanos memiliki niat yang sangat mulia, yakni ingin menjaga keseimbangan alam semesta.

Sayangnya, Thanos melaksanakan niatan itu dengan cara yang jauh dari baik. Dia menghancurkan setengah populasi alam semesta yang menurutnya sudah terlalu padat dan rusak. Thanos juga menaklukkan planet-planet untuk mendapatkan infinity stones agar bisa memperoleh kekuatan yang luar biasa. Karakter Thanos yang sangat kuat dan tak terkalahkan ini membuatnya selalu merasa paling benar dan paling hebat. Sehingga, di kalangan generasi muda saat ini, muncullah fenomena yang baru bernama Thanos syndrome.

Pengidap thanos syndrome ini senantiasa merasa dirinya sebagai orang yang paling benar dan paling hebat. Dia tidak menyadari bahwa dirinya bisa merugikan dan menyusahkan orang lain. Bersikap “One man show,” intoleransi, serta tidak mempedulikan lingkungan sekitar. Dia berupaya melakukan segala cara demi mewujudkan keinginannya saja. Ya Allah.

Akan tetapi, bukankah Thanos adalah seorang tokoh jahat (villain)? Mengapa bisa ada manusia yang mengidolakan bahkan meniru sikap seorang villain sampai-sampai terkena thanos syndrome?

Pentingnya Informasi Terdahulu (Maklumat Sabiqoh) dalam Otak Manusia

Ketika seorang manusia menonton, membaca, mendengar atau menyaksikan sesuatu, maka informasi yang masuk ke dalam otak manusia tersebut akan menjadi maklumatus sabiqoh alias informasi terdahulu. Otak manusia menyimpan dan mengoleksi maklumat sabiqoh ini menjadi tumpukan informasi selama bertahun-tahun. Maklumat sabiqoh ini kemudian akan menjadi sumber penentu keputusan seorang manusia.

Menurut Syaikh Taqiyyuddin An-Nabhani dalam kitabnya, proses berpikir manusia baru bisa terjadi ketika ada 4 faktor. Pertama, adanya fakta yang bisa terindera oleh manusia itu. Kedua, adanya alat indera yang mampu menerima fakta (misal, fakta yang tertera dalam bacaan maka hanya bisa terindera oleh mata, sementara tontonan bisa terindera oleh mata dan telinga) dan meneruskan fakta tadi ke dalam otak. Ketiga, adanya otak yang mampu mengolah informasi dan menyimpan memori. Keempat, adanya maklumat sabiqoh (informasi terdahulu) yang mampu menjadi sumber penentu keputusan bagi fakta yang terindera.

Baca juga:  Fatwa MUI Dibahas Sebagai Bentuk Tanggung Jawab Keulamaan Menyikapi Agresi Israel

Sehingga keberadaan maklumat sabiqoh ini amat penting bagi manusia, sebab inilah dasar dari penentu segala keputusannya. Contoh, manusia yang punya maklumat sabiqoh (informasi terdahulu) mengenai bahasa Jerman, maka ia akan mampu mengenalinya dan mampu berinteraksi dengan fakta yang terkait dengan bahasa tersebut. Akan tetapi, orang yang seumur hidup belum pernah melihat, membaca atau tahu tentang bahasa Jerman, maka tidak akan mampu untuk mengenali atau berinteraksi dengan fakta yang berhubungan dengan bahasa itu.

Selanjutnya alat indera akan mengindera fakta yang tersaji pada film, kehidupan nyata, buku, berita dan sebagainya, kemudian fakta akan tersimpan di otak sebagai memori. Fakta ini selanjutnya akan dikaitkan dengan maklumat sabiqoh dan akan menghasilkan pemikiran dalam diri manusia tersebut. Pemikiran ini selanjutnya akan membentuk persepsi (pemahaman) yang akan mempengaruhi tingkah laku atau sikap manusia itu.

Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani telah mengatakan dalam kitabnya “Nizhamul Islam,” : “Pemikiranlah yang akan membentuk dan memperkuat mafahim (persepsi/pemahaman) terhadap segala sesuatu.” Begitulah manusia selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan mafahimnya (persepsinya) terhadap kehidupan.

Jadi begitulah bagaimana kepopuleran Thanos di film Avengers telah menyebabkan munculnya Thanos syndrome pada banyak orang. Otak akan memproses informasi yang terdapat dalam film Avengers menjadi sebuah informasi terdahulu alias maklumatus sabiqoh. Sehingga ketika ada fakta rusak di hadapan manusia yang pernah menonton Avengers misalnya ketidakadilan, pencurian, pelanggaran hukum dan lainnya, maka informasi tentang Thanos akan muncul di otaknya sebagai jawaban atas fakta yang tersaji di hadapannya. Dia pun akan merasa bahwa apa yang Thanos lakukan itu keren dan efektif dalam menghadapi manusia lain yang tidak sejalan dengannya.

Baca juga:  Pentingnya Kepedulian Remaja Terhadap Persoalan Umat

Kapitalisme Menyuburkan Informasi yang Merusak

Itu baru satu jenis informasi, tetapi efeknya bisa berpengaruh selamanya terhadap persepsi seorang manusia. Coba bayangkan jika manusia tersebut memperoleh informasi terdahulu atau maklumat sabiqoh yang baik dan sesuai syariat Islam. Pastinya pemikiran yang ia hasilkan pun akan baik. Karena pemikirannya telah baik, maka persepsinya pun akan menjadi pemahaman yang baik pula. Begitu pun sebaliknya.

Sayangnya, dunia industri kapitalis sekuler tidak akan pernah memikirkan apakah informasi yang diberikan kepada masyarakat itu baik atau buruk. Sistem ini menjadikan manfaat sebagai dasar pelaksanaan dari suatu tindakan. Asal mendapat keuntungan, menyajikan konten rusak dan merusak pun tak masalah. Sebab mereka beranggapan bahwa semua itu hanyalah bagian seni, hasil dari representasi kebebasan berperilaku dan berekspresi.

Sehingga, tidak aneh jika dalam tontonan tersebut ada adegan membuka aurat, laki-laki dan perempuan non mahram yang berpegangan tangan, atau berpacaran. Bisa juga terdapat sisipan nilai LGBT yang terlarang, atau hadirnya tokoh antagonis yang mampu membuat banyak orang mengidolakannya, seperti Thanos. Selama penonton terhibur dan industri kapitalis berhasil menarik keuntungan besar, maka hal tersebut sah-sah saja di sistem kapitalis sekuler hari ini. Maka wajarlah jika perilaku manusia semakin hari semakin aneh dan berani melanggar syariat. Karena tontonan dan hiburan yang tersedia memang berbau sekuler kapitalis.

Baca juga:  Biden, Putin dan Masa Depan Presidensi G20 di Indonesia

Islam Tidak Menyajikan Informasi Rusak dan Merusak

Sistem Islam akan mengelola media dengan cara yang sangat berbeda dengan kapitalisme sekuler. Pemanfaatan media di sistem Islam akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya, penggunaan media di dalam negeri adalah untuk membangun masyarakat Islam yang kokoh. Media merupakan sarana edukasi masyarakat. Dengan media, umat akan menumbuhkan kesadaran agar senantiasa terikat dengan hukum syara pada pola pikir dan pola sikapnya. Sementara media di luar negeri berfungsi sebagai syiar penyebaran Islam. Baik dalam suasana perang ataupun suasana damai untuk menunjukkan keagungan ideologi Islam. Sekaligus pula untuk membongkar kebobrokan ideologi kufur buatan manusia.

Konten yang akan tayang di media tersebut secara luas bisa berupa informasi keseharian, program atau acara politik, pemikiran dan sains, serta informasi tentang peristiwa dunia. Sistem Islam memiliki departemen khusus yang akan melaksanakan pengawasan kepada media-media yang memiliki izin, yakni Departemen ‘Ilamiyah. Penguasa melakukan pengawasan tersebut agar konten tayangan atau berita tetap sesuai syariat Islam. Sehingga tidak akan ada kesempatan bagi konten rusak yang merusak akal untuk muncul apalagi berkembang bebas di masyarakat Islam.

Dengan hadirnya sistem sempurna dari Islam, masyarakat bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Thanos syndrome yang bisa merusak aqidah umat. Bukankah islam kaffah itu keren? Karena itu mari bersama-sama mengkaji islam kaffah bersama kelompok islam ideologis supaya lebih memahami konsep mengatur individu, masyarakat dan negara sesuai aturan Islam dengan benar (disadur kembali dari video YouTube Muslimah Media Center). Wallahu’alam bisshawwab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *